Kenapa kita sebagai rakyat harus menghadapi ketidakpastian harga setiap hari?
Diberitakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) tentang Penetapan dan Penyimpanan Harga Kebutuhan Pokok dan Barang Penting
"Jadi, dengan Perpres ini pemerintah pusat dan pemerintah daerah bisa menjamin Kebutuhan Barang Pokok dan penting lewat pengendalian stok dan harga, termasuk juga pemberian fasilitas pengembangan infra struckturdan lain sebagainya supaya stok terjamin" ujar teten Masjuki, Tim Komunikasi Presiden.Tapi itu bukan berarti pemerintah bisa kapan saja mengatur harga-harga di pasar.
Dalam sistem kapitalis seperti negara kita, harga-harga sepenuhnya di lepaskan ke pasar. Dan pemerintah tidak bisa melakukan intervensi apapun terhadap pasar.
Harga beras, harga telor, harga bawang, sepenuhnya mengikuti kebutuhan pasar. Bisa naik dan turun sesuai demand n supply-nya, karena itulah kita sebagai rakyat terkadang musti menghadapi ketidakpastian harga. Apalagi jika medekati hari raya Lebaran..
Beberapa kapitalis pasar senang sekali dalam bermain disini, dengan kekuatan uang dan penguasaan jaringan distribusi yang mereka punya, mereka bisa "memerintahkan" pasar untuk menaikkan harga suatu komoditi atau justru menurunkannya. Semua seperti bermain judi saham bagi mereka, saat harga tinggi mereka jual, dan di saat harga jatuh mereka membeli.
Untuk itulah diperlukan kekuatan ketiga di pasar, yang juga menguasai uang dan jaringan distribusi.
Saat ada spekulan mau mainkan harga, pihak ketiga harus siap beri aksi buffer. Bahkan pihak ketiga ini pun bisa sebagai pelumpuh spekulan sebelum mereka terjun ke lapangan.
Yang sesuai dengan syarat semua itu hanyalah pihak pemerintah, uang punya dan jaringan distribusi pun punya.
Pertanyaanya, kenapa pemerintah tidak langsung atur harga saja? Agar harga sepanjang tahun stabil..
Contoh :
- beras ditetapkan saja harganya 10rb/liter
- telor ditetapkan 25rb/kg
- dan lain-lain
Kenapa kita sebagai rakyat harus menghadapi ketidakpastian harga setiap hari?
Komentar
Posting Komentar